Ramuan kontemporer merupakan penggambungan dua kata yang mempunyai arti yang berbeda. Menurut KBBI; ramu » ra.mu.an :n hasil meramu; bahan-bahan untuk membuat sesuatu (kayu-kayuan untuk rumah, daun-daunan untuk obat) dan kontemporer; kon.tem.po.rer /kontèmporèr/a pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini. Jadi, ramuan kontemporer merupakan sebuah hasil meramu untuk membuat sesuatu dewasa ini.
Ramuan ini saya bisa jamin membuat anda sekalian merasakan (mungkin) hambar. Biasanya, ramuan identik dengan sesuatu yang bernama jamu atau obat (seperti penjelasan kata ramuan dari KBBI online) dan bagaimana rasanya,(biasanya) pahit kecuali indera perasa anda yang bernama lidah mempunyai masalah. Lalu, seberapa cinta sih kita sama kedua ramuan itu? Pastilah sama sekali tidak cinta yang menepi ke kedua jenis ramuan tadi, pun ada, pasti tidak mengkonsumsinya tiap hari.
Entah anda akan menganggapnya seperti apa, tapi kedua ramuan itu (biasanya) identik dengan penawar penyakit atau sebuah antitesis dari sebuah hipotesa pikiran normal kecuali ada masalah dengan norma-norma sosial anda, setuju?
Sakit >< Sehat. Untuk sehat. Konsumsi yang sehat-sehat. Lalu, jamu atau obat yang (mungkin) berasa pahit apakah sehat? Belum tentu bukan? Kedua ramuan itu memiliki efek samping yang berujung pada bagaimana pikiran kita sanggup menerimanya. Lalu, bagaimana kita mengkonsumsi yang tidak sehat untuk sehat? Atau bagaimana kita mengkonsumsi yang tidak sehat, saat kita tidak sehat untuk menjadi sehat? By the way, yang berasa pahit, biasanya ga enak untuk dikonsumsi lhoh. Contoh; Kopi, Lhoh!
Saya akan sederhanakan soal sehat >< sakit; semuanya di dunia ini mengandung risiko. Sadar tidak sadar kita menghitung seluruh risiko. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita akan hadapi risiko itu atau kita menghindari risiko itu. Semua mengandung perhitungan bukan? Bagaimana, sederhanakan? Tapi ada yang lucu.
Yang menjadi lucu; saat kita tahu ada sebuah risiko yang kita tidak bisa menanggungnya, dan kita tetap terima risiko itu, lalu, apakah kita akan menaruhkan diri kita untuk risiko itu. Jawaban sederhananya, tidak, kecuali ada masalah dengan ego atau id anda (ego-id-superego; Teori Sigmund Freud). Well, bagi sebagian orang akan beragumentasi; kan ada Invisible Hand (bukan Teori Adam Smith lho, tapi ini konteksnya Tuhan, serius!)
Ok, sarkasnya cukup! Kembali ketulisan.
Soal sakit vs. sehat. Sakit dan penawarnya. Sudah menjadi hal yang sangat lumrah, kalo sakit ya minum obat. Kalo sehat, yang jangan minum obat, nikmati hidup. Jalani kehidupan seperti biasa. Syukuri anugerah Illahi dan bangun mimpi setinggi-tingginya. Well, tapi saya sangat percaya, sangat semua baik-baik saja, itulah saat yang tidak baik-baik saja. Contoh; saya yakin anda pernah lewat di jalan tol yang mulus, lancar, tidak ada macet sampai tujuan dengan selamat. Selamat, anda baik-baik saja! Tapi saat anda pikirkan lagi lebih dalam (kalo ada waktu). Sebenarnya, ada yang tidak baik-baik saja lhoh. Coba pikirkan (kalo sempet), apa yang tidak baik-baik saja?
Saya kasih jawaban saya ya, yang tidak baik-baik saja adalah diri anda (termasuk pikiran dan organ-organ yang ada didalam diri anda), kendaaran anda, jalan yang anda lalui dan seluruhnya yang anda konsumsi. Pasti anda akan jawab, ya kita kan hidup, dan pasti mengkonsumsi yang harus kita konsumsi, dan tidak mungkin tidak mengkonsumsi. Paradoks lah, hitam-putih, siang-malam, pergi-pulang, hidup-mati.
Sepakat, dunia ini berisi paradoks, apalagi yang hidup-mati. Sesuatu yang hidup pasti mengkonsumsi sesuatu, kalo tidak mengkonsumsi sesuatu pasti sesuatu itu mati. Lalu, hubungannya dengan analogi jalan tol, dimana kita baik-baik saja padahal semua itu tidak baik-baik saja. Kondisi saat kita merasa aman, nyaman, tentram itu area yang berbahaya, atau bahasa kerennya, comfort zone itu danger area. Pernah dengar cerita maling sembunyi di kantor polisi, g pernah kan? tempat yang aman itu yang berbahaya, tapi tempat yang berbahaya itu tempat yang aman.
Lalu, bagaimana dengan otak anda, sebuah anugerah yang Illahi berikan secara gratis dan akan sangat dahsyat jika kita memaksimalkannya. Pertanyaannya, apa yang otak anda konsumsi? Otak anda hidupkan? Anda tidak berada di zona nyaman kan?
Saya ini penderita diabetes, bahasa kitanya, kencing manis. Terlalu banyak konsumsi karbohidrat. Awalnya saya merasa sehat, hidup nyaman, istri cantik, anak dua, lapar tinggal makan, ngantuk tinggal tidur, ada rutinitas yang asik, intinya semua berjalan sangat ok lah, tapi disuatu titik, saya diminta cek darah oleh dokter karena keluhan saya dan hasil cek darah saya, gula darah saya di atas normal. Thus, saya penderita diabetes diusia seperti ini. Sedih, ngga juga! Kawatir, iya!
I am back